Minggu, 20 Oktober 2019

Mengintegrasikan Koperasi dan Komunitas Hobi

Tema: Koperasi dan Generasi Milenial

Mengintegrasikan Koperasi dan Komunitas Hobi

            Eksistensi koperasi mungkin sudah jarang terdengar gaungnya di era saat ini. Terlebih bagi kaum milenial yang sudah lama lulus dari bangku sekolah dan sudah lama tidak mempelajari Ekonomi, IPS, atau semacamnya, hampir dipastikan mereka tidak lagi ingat apa itu koperasi, prinsip-prinsipnya, atau fungsinya. Saat ini, koperasi dan generasi milenial seakan seperti bumi dan langit yang keduanya hampir tak mengenal satu sama lain.
            Untuk menggeliatkan kembali eksistensi dan peran koperasi, perlu dilakukan suatu gebrakan yang kreatif dan inovatif, khususnya di kalangan milenial. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengintegrasikan koperasi dan komunitas hobi. Komunitas hobi adalah sekelompok orang yang membentuk suatu perkumpulan dengan hobi yang sama. Komunitas hobi ini banyak macamnya, seperti komunitas seni, komunitas pecinta hewan, komunitas keagamaan, komunitas olahraga, dan lain sebagainya. Tidak itu saja, generasi milenial saat ini telah membentuk komunitas-komunitas yang kekinian, seperti komunitas dance K-Pop, komunitas game, komunitas entrepreneur, dan lain-lainnya.
            Keikutsertaan kaum milenial pada komunitas hobi tentu tanpa adanya keterpaksaan. Mereka bergabung dalam komunitas atas dasar keinginan dari hati sesuai hobi mereka masing-masing. Hal ini mirip dengan prinsip koperasi yang keanggotaannya bersifat sukarela dan terbuka. Pada beberapa komunitas hobi tertentu, seperti komunitas seni atau olahraga, kerap juga dilakukan latihan-latihan rutin dalam seminggu atau sebulan. Hal tersebut tentu memudahkan terjadinya pertemuan rutin antar anggota. Dalam sesekali waktu, misal saat akan mengikuti perlombaan atau saat akan mengadakan event, para anggota komunitas hobi ini mengadakan suatu rapat atau obrolan tertentu dan berdiskusi untuk membuat keputusan bersama. Hal inipun sesuai dengan prinsip ekonomi demokrasi yaitu pengelolaan koperasi dilakukan atas kehendak dan keputusan para anggota. Berbagai aktivitas yang dilakukan dalam komunitas hobi sebenarnya sudah menerapkan prinsip-prinsip koperasi, sehingga penyelenggaraan koperasi akan lebih mudah jika diintegrasikan dengan komunitas hobi tertentu.
        Tidak dipungkiri, seiring berjalannya waktu, komunitas-komunitas hobi tersebut akan bertambah banyak anggotanya. Keberagaman tingkat ekonomi setiap anggota komunitaspun semakin meningkat, mulai dari ekonomi kelas atas, kelas menengah, sampai kelas bawah. Hal ini tentu mengetuk kesadaran bagi para anggota komunitas untuk saling membantu demi kesejahteraan para anggota atau kawan-kawan mereka. Terlebih antar anggota komunitas hobi ini biasanya sudah memiliki kedekatan seperti saudara atau keluarga sendiri. Jika terdapat anggota yang terkena masalah atau musibah, biasanya anggota yang lain dengan tanggap langsung membantu. Hal ini tentu sejalan dengan asas koperasi yaitu kekeluargaan. Oleh karena itu tidak ada alasan bagi komunitas hobi ini untuk tidak membentuk koperasi.
            Setiap komunitas hobi biasanya telah memiliki struktur keanggotaan, seperti ketua, sekretaris, bendahara, seksi-seksi, dan lain-lain. Komunitas hobi ini pasti juga sudah tidak asing dengan iuran anggota. Banyak aktivitas komunitas yang tanpa disadari telah mengamalkan aktivitas koperasi, sehingga membentuk badan usaha koperasi bukanlah hal yang sukar bagi komunitas hobi. Terlebih lagi, untuk membentuk koperasi primer hanya dibutuhkan setidaknya 20 orang di dalamnya. Hal ini tentu tidak sulit bagi komunitas hobi yang sudah lama berkembang dan sudah mempunyai banyak anggota. Jika setiap komunitas hobi memiliki koperasi sendiri, tentu kesejahteraan anggota-anggotanya lebih terjamin. Tak dipungkiri pula, hal tersebut akan menggeliatkan kembali dunia perkoperasian di Indonesia.

#PRAJA2019
#anugerahMISGroup
#koperasi
#wirausaha

Karya dari
Irham Baskoro
Alamat: Janturan UH 4/446 A
RT 17/04, Warungboto, Yogyakarta 55164

Jumat, 06 September 2019

Parsel Buku Sebagai Inovasi Literasi yang Kreatif dan Menyenangkan

Siapa sih yang tidak suka diberi hadiah? Semua orang pasti senang jika diberi hadiah. Selain diberikan secara cuma-cuma, kegiatan saling memberi hadiah akan merekatkan hubungan antara si pemberi dan penerima. Lara Aknin, seorang asisten profesor psikologi di Universitas Simon Fraser, Kanada, mengungkapkan bahwa anak yang diberi hadiah akan tumbuh sebagai sosok yang murah hati. Terlebih jika hadiah itu diberikan dari orang tua terhadap anaknya, tentu akan mempererat hubungan mereka. Dalam pemberian hadiah, terdapat dua pihak yang terlibat yaitu pemberi dan penerima hadiah. Pemberi hadiah sebisa mungkin kreatif dalam menentukan hadiah yang hendak diberikan. Sesuatu yang dihadiahkan tentunya barang yang bermanfaat dan menarik sehingga penerima merasa senang ketika mendapatkannya. Salah satu jenis hadiah yang sering diberikan adalah hadiah dalam bentuk parsel. Selain menarik, isi parsel juga dapat dibuat bervariasi.
Parsel merupakan kata serapan yang berasal dari Bahasa Inggris yaitu parcel yang artinya adalah sesuatu yang telah dibungkus atau sebuah paket yang telah dibungkus dengan rapi.  Berdasar pengertian tersebut, maka sebenarnya isi parsel dapat berupa dokumen, barang jadi atau setengah jadi, selama barang tersebut sudah dibungkus dengan baik. Namun masyarakat Indonesia lebih mengenal parsel sebagai hadiah atau bingkisan yang dikirimkan saat hari raya keagamaan atau hari-hari spesial tertentu (Vanesha, 2017). Parsel biasanya menggunakan keranjang yang sebagian besar masyarakat luar negeri menyebutnya sebagai hamper atau gift hamper. Negara tetangga kita, Malaysia, menyebut bingkisan tersebut juga dengan istilah hamper.
Seiring berjalannya waktu, parsel muncul dengan berbagai bentuk dan jenis yang beraneka ragam. Jika pada umummya parsel berisi makanan-makanan kemasan atau kue kering, sekarang banyak ide-ide kreatif dihadirkan dalam menentukan baik isi parsel maupun tampilan parsel. Parsel yang paling sering kita jumpai selain makanan adalah parsel barang pecah belah, seperti gelas, cangkir, mug, dan piring. Selain itu juga ada parsel tanaman hias, yang berisikan tanaman-tanaman hias seperti kaktus, anthurium, dan aglonema. Jenis parsel yang lain adalah parsel yang berisi buku. Sebagian masyarakat di Indonesia telah mengembangkan parsel buku ini, walau jumlahnya belum begitu banyak.
Pengembangan parsel buku ini hendaknya terus digalakkan. Dengan aktivitas tersebut, diharapkan dapat meningkatkan budaya literasi masyarakat. Terlebih budaya literasi di Indonesia masih terbilang rendah. Menurut data UNESCO yang telah banyak beredar, minat baca masyarakat Indonesia tergolong rendah, yaitu 1: 1000. Hal tersebut menyatakan bahwa dari 1000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca. Riset yang lain bertajuk World’s most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada Maret 2016, Indonesia bertengger di posisi bawah yaitu urutan 60 dari 61 negara di bawah Thailand yang berada di peringkat 59 dan di atas Botswana yang berada di posisi 61 (Kementerian Kominfo, 2017).
Dengan dikembangannya parsel buku ini diharapkan dapat mengubah kondisi literasi di Indonesia yang rendah tersebut. Orang yang diberi tentu tidak akan menolak dan mau tidak mau akan membaca buku yang dihadiahkan tersebut. Jika aktivitas ini dilakukan dan dibudayakan di instansi-instansi besar, lingkungan kerja, sekolah-sekolah, dan masyarakat, tidak dipungkiri akan memperbaiki kondisi literasi di Indonesia. Tentunya bentuk aktivitas pemberian parsel buku ini tidak sebatas pada tukar menukar hadiah atau hadiah hari raya, melainkan dapat berwujud doorprize, hadiah kejuaraan kelas, atau hadiah lomba.
Buku-buku yang dipilih untuk dihadiahkan dalam parsel lebih bermakna jika dibuat berdasar tema-tema acara tertentu. Parsel buku yang berisi buku-buku pelajaran seperti buku matematika, IPA, Bahasa Inggris dan sebagainya, sangat cocok diberikan kepada anak-anak sekolah sebagai hadiah naik kelas atau hadiah kelulusan menuju ke jenjang pendidikan berikutnya. Parsel buku-buku bertema keagamaan cocok untuk dihadiahkan saat hari-hari besar agama seperti Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Natal. Parsel buku-buku berupa novel remaja cocok untuk dihadiahkan pada saat ulang tahun ke-17 (sweet seventeen). Parsel buku-buku bertema anak, fabel, bergambar, bahkan pop-up cocok untuk hadiah bagi anak-anak dan balita. Sedangkan untuk hadiah atau hantaran pada acara pernikahan, dapat dipilih buku-buku bertema keluarga, rumah tangga, dan sebagainya. 
Masyarakat tidak perlu bingung atau kesulitan dalam membuat parsel ini. Cara membuat parsel buku tidak jauh berbeda dengan parsel-parsel yang lain. Setelah menentukan buku-buku dengan tema tertentu, kita dapat menentukan keranjang yang cukup untuk memuat buku-buku tersebut. Keranjang sebagai wadah buku dapat berupa keranjang rotan, plastik, dan karton. Jika ingin lebih ekonomis, keranjang dapat diganti dengan kardus bekas. Karena konsepnya berupa parsel, hendaknya isi parsel lebih dari satu buku. Jika kita akan menghadiahkan satu buku saja, lebih baik langsung dibungkus membentuk kado saja bukan parsel. Kemudian buku-buku ditata dalam keranjang sedemikian rupa agar terlihat semuanya terutama judul-judul bukunya. Setelah buku tertata dengan baik, parsel dapat ditutup dengan plastik bermotif. Pada tahap ini kita dapat menggunakan isolasi atau double tape untuk merekatkan. Kemudian kita dapat menambah kartu ucapan, seperti ucapan selamat ulang tahun, selamat hari raya atau selamat menempuh hidup baru. Agar terlihat lebih cantik, dapat kita tambahkan pita atau ornamen warna-warni. Berikut ini adalah beberapa contoh tampilan parsel buku yang sudah jadi.
Gambar 1. Parsel dengan Penutup Plastik (bukukita.com)

Gambar 2. Parsel Tanpa Penutup Plastik (Mizands Jogja)
Untuk menghasilkan berbagai bentuk parsel buku yang indah ini tentu dibutuhkan daya kreativitas yang baik. Terlebih bagi anak-anak, aktivitas ini akan mengakomodasi kreativitas dan daya imajinasi mereka untuk menciptakan karya parsel yang menarik yang hasilnya nanti akan dihadiahkan kepada teman-teman tersayang. Orang tua juga dapat memanfaatkan aktivitas ini untuk mengajarkan kesabaran dan keuletan pada anak demi mendapatkan hasil yang diinginkan.
Banyak kelebihan yang didapat dengan membuat parsel buku dibanding parsel-parsel jenis yang lain. Berbeda dengan makanan kemasan atau kue, buku tidak mempunyai waktu kadaluarsa, sehingga parsel buku dapat dibuat jauh-jauh hari tanpa takut mempertimbangkan rentang waktu tertentu. Tidak itu saja, buku bukanlah barang pecah belah yang rentan bila jatuh, tergores, atau terbentur. Parsel buku juga akan menghindarkan kesan buruk akan makna terselubung seperti gratifikasi pada pegawai atau pejabat instansi. Memberikan buku sama saja dengan memberikan ilmu bermanfaat yang justru diperintahkan dalam ajaran agama. #SahabatKeluarga #LiterasiKeluarga

Daftar Pustaka

Vanesha, B. (2017).  Apa itu Parsel? Diakses dari http://www.parselday.com/ pada tanggal 6 September 2019.

Kementerian Kominfo. (2017). Teknologi Masyarakat Indonesia: Malas Baca Tapi Cerewet di Medsos. Diakses dari https://kominfo.go.id, pada tanggal 6 September 2019.

Selasa, 09 April 2019

Ikut Lomba 7-Minutes Presentation For Thesis Competition di Pasca UNY


Hari itu hari Kamis tanggal 4 April 2018. Pagi hari aku harus mengajar mtk di jam pertama sampai jam keempat di SMK Cipta Bhakti Husada, Lowanu, Yogyakarta. Padahal hari itu aku akan mengikuti Lomba Thesis 7-Minutes Presentation For Thesis Competition di Pasca UNY. Beruntunglah saat TM,  aku mendapat nomor undi 18, sehingga aku dapat berangkat agak telat.

Usai jam ketiga, aku langsung cabut ke kampus pasca. Jam keempat sengaja aku beri tugas untuk kelas XI Keperawatan 3, karena takut telat dan gak jadi ikut lomba. Beruntung dengan sedikit kebut-kebutan dan sedikit ngeprint dokumen, aku sampai di gedung pasca lantai 3, tepatnya di ruang teater GLB lantai 3 UNY. Bersyukur sampai sana baru peserta nomor urut 3 yang tampil. Memang agendanya, jam-jam awal digunakan untuk registrasi, sambutan-sambutan, dan sebagainya, sehingga startnya lombapun ikutan mundur.

7 menit demi 7 menit terlewati. Masing-masing mahasiswa menampilkan tesis dan proposal tesis mereka di hadapan dewan juri. Hingga tibalah aku peserta ke-18 untuk menampilkan presentasi. Dengan durasi membuat ppt yg hnya 1 malam saja, aku si nothing to loose aja laaahh… Belibet juga presentasi pake bahasa inggris. Sulit bagiku yang jarang pakai bahasa inggris dalam sehari-hari, bahkan nonton film bahasa inggrispun gak pernaah.. wakakaka…  Ini sekilas abstrak tentang presentasi proposal tesisku tentang pembelajaran matematika berbasis teori variasi..



The Effectiveness of Variation Theory Based Mathematics Learning in Terms of Higher Order Thinking Skills of Vocational School Students




Irham Baskoro

Mathematics Education Study Program, Yogyakarta State University,

Jl. Colombo No.1, Karangmalang, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281, Indonesia

Email: irham.baskoro@gmail.com. Telp. +6289637738431

ABSTRACT




Since 2018, National Examination involved some questions measuring higher order thinking skills. The result showed that the average score of national examination of mathematics of vocational school in Yogyakarta is only 48.45. Sad news for SMK Cipta Bhakti Husada as one of vocational school in Yogyakarta got 41.30 only in mathematics. Some mathematics teachers said that mostly mathematics learning activities in class is only about calculating or memorizing formula. Whereas students need variation in learning, so that they have more experiences in solving varied mathematics problems. This study aimed to find out the effectiveness of variation theory based mathematics learning in terms of higher order thinking skills of vocational school students. Variation based learning as an alternative method in mathematics learning involves several variation patterns such as contrast, separation, generalization, fusion, conceptual, and procedural variation. This study employed quasi experiment method with a test as data collecting technique. The research will be conducted in SMK Cipta Bhakti Husada Yogyakarta. There are 2 classes of students majoring in nursing as the samples of this study. In this study, the effectiveness of variation theory based learning is measured by the score of higher order thinking skills. The higher-order thinking skills that are conceived as the top end of Bloom's cognitive taxonomy consist of analyzing, evaluating, and creating. The hypothesis of this study is that variation theory based mathematics learning is effective in terms of higher order thinking skills of vocational school students.

Keyword: variation theory, higher order thinking skills, vocational students

 
Menunggu tampil

Waktu Presentasi Thesis Competition


Dan teng..teng 7 menitkupun berlalu, hingga berakhir juga presentasiku, walau sebenarnya blum kelar. Peraturan memang begitu, kalau belum kelar, tapi waktu udah lewat 7 menit, maka presentasi akan di stop. Dan aku merasa presentasiku di lomba itu tidak maksimal.

Sesaat setelah Coffe Break, Ishoma.. akhirnya tibalah saat pengumuman kejuaraan. Sempat saat itu udah mau pulang duluan, karena gak membayangkan kalau dapat juara. Eh.. tau-taunya pas diumumkaaaann… The Second Winner isssss……………………. Irham Baskoro…… waaaaaa… entah perasaan ini campur aduk gituu… antara senang dan gak percaya. Dengan perasaan yang senang banged, aku melangkah ke podium untuk menerima hadiah dan penghargaan. Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan keberkahan dan kemudahan pada hari itu. Semoga aku jadi lebih bersyukur, selalu bersemangat dan termotivasi untuk mengikuti lomba-lomba atau ajang-ajang yang lainnya lagi.
Top 3 Thesis Competition 2019

Horreee... Juara 2 Thesis Competition

Alhamdulillah Juara 2 Thesis Competition

Juara 1-3 dan Empat Juara Harapan

Juara 1 sampai 7

Setelah itu kami berfoto bersama dengan para panitia acara yaitu KMP 2019
Foto Bersama Peserta dan Panitia Thesis Competiton 2019 UNY