Sabtu, 25 Januari 2020

Akhir Pekan yang Menyenangkan Bersama Pameran Produk Lokal UKM DIY


Hari Jumat-Sabtu tepatnya tanggal 24-25 Januari 2020 menjadi hari yang menyenangkan bagi pelaku UKM dan penggemar produk UKM di DIY. Pasalnya, pada hari itu Dinas Koperasi UKM Daerah Istimewa Yogyakarta menyelenggarakan Pameran Produk Lokal UKM: Craft, Fashion, dan Kuliner. Alun-alun Sewandanan Puro Pakualaman menjadi saksi tingginya animo masyarakat dalam menyaksikan dan membeli aneka produk lokal yang berkualitas dan berdaya saing. Mulai dari anak-anak sampai lansia terlihat memenuhi stand-stand ukm yang ada. Acara pameran juga dihibur dengan berbagai penampilan panggung seperti menyanyi, senam, dan lain sebagainya. Walau sedikit gerimis di hari kedua, acara pameran tersebut tetap dapat berjalan dengan lancar.
Pameran kali ini diikuti oleh sekitar 50 UKM. Produk yang dipamerkan meliputi kerajinan, fashion, makanan, dan minuman. Aneka kerajinan seperti gelang dan dompet yang terbuat dari kulit dapat ditemukan di Fajirro Leather Batik. Beberapa produk kerajinan di stand tersebut terbuat dari kulit sintetis dan kulit asli, yang mana harga kerajinan kulit asli tentu lebih mahal dibandingkan kerajinan kulit sintetis. Di stand yang lain yaitu Ary Production juga menjual produk batik dalam bentuk yang beraneka ragam seperti tas batik dan tas laptop. Stand yang lain yaitu Putri Shibori & Ecoprint hadir untuk memanjakan para penggemar kain shibori. Shibori sendiri adalah istilah Jepang untuk teknik mewarnai kain dengan cara diikat, dilipat, atau disimpul. Warna yang kalem dan kelembutan kain katun shibori telah menjadi daya tarik bagi banyak pengunjung pameran untuk datang ke stand ini.
Gambar 1. Stand Fajirro Leather Batik Menjual Aneka Produk Batik Kulit
  
Gambar 2. Stand Ary Production Menjual Aneka Tas Produk Batik

Gambar 3. Stand Putri Shibori dan Ecoprint Menjual Kain Shibori dan Ecoprint
  

Tidak hanya produk kerajinan atau fashion saja, produk-produk yang lain tersaji dalam bentuk minuman atau makanan. Luve Garden adalah salah satu peserta UKM yang menyediakan tanaman buah, hias, obat keluarga, dan hasil olahannya. Di stand tersebut dipamerkan aneka minuman seperti jus buah-buahan, aloe vera (lidah buaya), jamu-jamuan, kunir putih, dan sebagainya. Selain dalam bentuk cair, stand ini juga menjualnya dalam bentuk bubuk, sehingga pembeli dapat mengolah minuman sendiri di rumah. Racikan minuman-minuman di stand ini diyakini dapat menjadi obat yang berkhasiat untuk mencegah berbagai penyakit, seperti kunir putih yang dapat mencegah kanker.

Gambar 4. Stand Luve Garden Menjual Tanaman Buah, Hias, Obat dan Olahannya
Nah, kali ini saya akan memamerkan beberapa produk yang saya beli saat pameran tersebut. Saya membeli empat item produk yaitu tas laptop batik, tas tenteng kain perca, minuman kunir putih mangga, dan minuman jamu (gulas). Saya membeli tas laptop batik di stand Ary Production. Kebetulan pada saat tersebut saya sedang membutuhkan tempat untuk menyimpan laptop dan charger. Penjaga stand Ary Production sangat ramah. Ia menyuguhkan beraneka ragam tas laptop batik kepada saya. Dan pada akhirnya pilihan saya jatuh pada tas batik berwarna coklat tua, warna kesukaan saya. Saya juga merasa senang karena berhasil menawar harga dari yang semulanya Rp35.000,00 menjadi Rp25.000,00. Tak hanya ke stand itu saja, saya juga menuju ke stand Dwi Karya Indah (Fashion Shop Home). Di stand itu saya membeli tas tenteng kain perca. Harganya cukup terjangkau yaitu Rp15.000,00. Tas tenteng ini saya butuhkan untuk tempat atau wadah barang-barang yang saya beli sepulang dari supermarket, minimarket, mall, atau pasar. Hal ini saya lakukan untuk mengurangi jumlah pemakaian kantong plastik dari pusat perbelanjaan itu.

Gambar 5. Produk-produk yang Dibeli Saat Pameran
Selain barang-barang, saya juga membeli aneka minuman yaitu jamu (gulas) dan kunir putih. Saya membeli minuman tersebut di stand Luve Garden. Saya membeli minuman gulas karena rasanya yang asam dan sangat menyegarkan. Minuman ini terbuat dari asam jawa, gula pasir, kayu manis dan rempah lainnya. Saya juga membeli minuman kunir putih mangga di stand yang sama. Minuman kunir putih mangga ini terbuat dari kunyit putih mangga, asam jawa, kayu manis, dan rempah lainnya. Selain karena rasanya yang segar, minuman kunir putih juga diyakini dalam menyembuhkan berbagai penyakit. Penjaga stand ini juga sangat ramah dalam melayani dan berkomunikasi dengan pengunjung. Ia menjelaskan tentang produknya khususnya tentang khasiat olahan tanaman obat dengan detail kepada pengunjung pameran.  Harganyapun juga sangat terjangkau. Saya membeli minuman kunir putih mangga dan gulas, masing-masing hanya Rp6000,00.
Itulah sekelumit informasi tentang pameran produk UKM yang diselenggarakan Dinas Koperasi dan UKM DIY pada 24-25 Januari 2020. Semoga Dinas Koperasi dan UKM DIY terus dapat konsisten membina UKM-UKM di DIY sehingga UKM-UKM DIY dapat terus berkembang. Semoga pelaku UKM DIY juga terus bersemangat untuk mengembangkan usahanya dan tidak berhenti untuk berinovasi.

Oleh Irham Baskoro
Dalam Rangka Lomba Blog "Produk Lokal Berdaya Saing"
Dinas Koperasi UKM DI Yogyakarta
www.diskopumkm.jogjaprov.go.id

Minggu, 20 Oktober 2019

Mengintegrasikan Koperasi dan Komunitas Hobi

Tema: Koperasi dan Generasi Milenial

Mengintegrasikan Koperasi dan Komunitas Hobi

            Eksistensi koperasi mungkin sudah jarang terdengar gaungnya di era saat ini. Terlebih bagi kaum milenial yang sudah lama lulus dari bangku sekolah dan sudah lama tidak mempelajari Ekonomi, IPS, atau semacamnya, hampir dipastikan mereka tidak lagi ingat apa itu koperasi, prinsip-prinsipnya, atau fungsinya. Saat ini, koperasi dan generasi milenial seakan seperti bumi dan langit yang keduanya hampir tak mengenal satu sama lain.
            Untuk menggeliatkan kembali eksistensi dan peran koperasi, perlu dilakukan suatu gebrakan yang kreatif dan inovatif, khususnya di kalangan milenial. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengintegrasikan koperasi dan komunitas hobi. Komunitas hobi adalah sekelompok orang yang membentuk suatu perkumpulan dengan hobi yang sama. Komunitas hobi ini banyak macamnya, seperti komunitas seni, komunitas pecinta hewan, komunitas keagamaan, komunitas olahraga, dan lain sebagainya. Tidak itu saja, generasi milenial saat ini telah membentuk komunitas-komunitas yang kekinian, seperti komunitas dance K-Pop, komunitas game, komunitas entrepreneur, dan lain-lainnya.
            Keikutsertaan kaum milenial pada komunitas hobi tentu tanpa adanya keterpaksaan. Mereka bergabung dalam komunitas atas dasar keinginan dari hati sesuai hobi mereka masing-masing. Hal ini mirip dengan prinsip koperasi yang keanggotaannya bersifat sukarela dan terbuka. Pada beberapa komunitas hobi tertentu, seperti komunitas seni atau olahraga, kerap juga dilakukan latihan-latihan rutin dalam seminggu atau sebulan. Hal tersebut tentu memudahkan terjadinya pertemuan rutin antar anggota. Dalam sesekali waktu, misal saat akan mengikuti perlombaan atau saat akan mengadakan event, para anggota komunitas hobi ini mengadakan suatu rapat atau obrolan tertentu dan berdiskusi untuk membuat keputusan bersama. Hal inipun sesuai dengan prinsip ekonomi demokrasi yaitu pengelolaan koperasi dilakukan atas kehendak dan keputusan para anggota. Berbagai aktivitas yang dilakukan dalam komunitas hobi sebenarnya sudah menerapkan prinsip-prinsip koperasi, sehingga penyelenggaraan koperasi akan lebih mudah jika diintegrasikan dengan komunitas hobi tertentu.
        Tidak dipungkiri, seiring berjalannya waktu, komunitas-komunitas hobi tersebut akan bertambah banyak anggotanya. Keberagaman tingkat ekonomi setiap anggota komunitaspun semakin meningkat, mulai dari ekonomi kelas atas, kelas menengah, sampai kelas bawah. Hal ini tentu mengetuk kesadaran bagi para anggota komunitas untuk saling membantu demi kesejahteraan para anggota atau kawan-kawan mereka. Terlebih antar anggota komunitas hobi ini biasanya sudah memiliki kedekatan seperti saudara atau keluarga sendiri. Jika terdapat anggota yang terkena masalah atau musibah, biasanya anggota yang lain dengan tanggap langsung membantu. Hal ini tentu sejalan dengan asas koperasi yaitu kekeluargaan. Oleh karena itu tidak ada alasan bagi komunitas hobi ini untuk tidak membentuk koperasi.
            Setiap komunitas hobi biasanya telah memiliki struktur keanggotaan, seperti ketua, sekretaris, bendahara, seksi-seksi, dan lain-lain. Komunitas hobi ini pasti juga sudah tidak asing dengan iuran anggota. Banyak aktivitas komunitas yang tanpa disadari telah mengamalkan aktivitas koperasi, sehingga membentuk badan usaha koperasi bukanlah hal yang sukar bagi komunitas hobi. Terlebih lagi, untuk membentuk koperasi primer hanya dibutuhkan setidaknya 20 orang di dalamnya. Hal ini tentu tidak sulit bagi komunitas hobi yang sudah lama berkembang dan sudah mempunyai banyak anggota. Jika setiap komunitas hobi memiliki koperasi sendiri, tentu kesejahteraan anggota-anggotanya lebih terjamin. Tak dipungkiri pula, hal tersebut akan menggeliatkan kembali dunia perkoperasian di Indonesia.

#PRAJA2019
#anugerahMISGroup
#koperasi
#wirausaha

Karya dari
Irham Baskoro
Alamat: Janturan UH 4/446 A
RT 17/04, Warungboto, Yogyakarta 55164

Jumat, 06 September 2019

Parsel Buku Sebagai Inovasi Literasi yang Kreatif dan Menyenangkan

Siapa sih yang tidak suka diberi hadiah? Semua orang pasti senang jika diberi hadiah. Selain diberikan secara cuma-cuma, kegiatan saling memberi hadiah akan merekatkan hubungan antara si pemberi dan penerima. Lara Aknin, seorang asisten profesor psikologi di Universitas Simon Fraser, Kanada, mengungkapkan bahwa anak yang diberi hadiah akan tumbuh sebagai sosok yang murah hati. Terlebih jika hadiah itu diberikan dari orang tua terhadap anaknya, tentu akan mempererat hubungan mereka. Dalam pemberian hadiah, terdapat dua pihak yang terlibat yaitu pemberi dan penerima hadiah. Pemberi hadiah sebisa mungkin kreatif dalam menentukan hadiah yang hendak diberikan. Sesuatu yang dihadiahkan tentunya barang yang bermanfaat dan menarik sehingga penerima merasa senang ketika mendapatkannya. Salah satu jenis hadiah yang sering diberikan adalah hadiah dalam bentuk parsel. Selain menarik, isi parsel juga dapat dibuat bervariasi.
Parsel merupakan kata serapan yang berasal dari Bahasa Inggris yaitu parcel yang artinya adalah sesuatu yang telah dibungkus atau sebuah paket yang telah dibungkus dengan rapi.  Berdasar pengertian tersebut, maka sebenarnya isi parsel dapat berupa dokumen, barang jadi atau setengah jadi, selama barang tersebut sudah dibungkus dengan baik. Namun masyarakat Indonesia lebih mengenal parsel sebagai hadiah atau bingkisan yang dikirimkan saat hari raya keagamaan atau hari-hari spesial tertentu (Vanesha, 2017). Parsel biasanya menggunakan keranjang yang sebagian besar masyarakat luar negeri menyebutnya sebagai hamper atau gift hamper. Negara tetangga kita, Malaysia, menyebut bingkisan tersebut juga dengan istilah hamper.
Seiring berjalannya waktu, parsel muncul dengan berbagai bentuk dan jenis yang beraneka ragam. Jika pada umummya parsel berisi makanan-makanan kemasan atau kue kering, sekarang banyak ide-ide kreatif dihadirkan dalam menentukan baik isi parsel maupun tampilan parsel. Parsel yang paling sering kita jumpai selain makanan adalah parsel barang pecah belah, seperti gelas, cangkir, mug, dan piring. Selain itu juga ada parsel tanaman hias, yang berisikan tanaman-tanaman hias seperti kaktus, anthurium, dan aglonema. Jenis parsel yang lain adalah parsel yang berisi buku. Sebagian masyarakat di Indonesia telah mengembangkan parsel buku ini, walau jumlahnya belum begitu banyak.
Pengembangan parsel buku ini hendaknya terus digalakkan. Dengan aktivitas tersebut, diharapkan dapat meningkatkan budaya literasi masyarakat. Terlebih budaya literasi di Indonesia masih terbilang rendah. Menurut data UNESCO yang telah banyak beredar, minat baca masyarakat Indonesia tergolong rendah, yaitu 1: 1000. Hal tersebut menyatakan bahwa dari 1000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca. Riset yang lain bertajuk World’s most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada Maret 2016, Indonesia bertengger di posisi bawah yaitu urutan 60 dari 61 negara di bawah Thailand yang berada di peringkat 59 dan di atas Botswana yang berada di posisi 61 (Kementerian Kominfo, 2017).
Dengan dikembangannya parsel buku ini diharapkan dapat mengubah kondisi literasi di Indonesia yang rendah tersebut. Orang yang diberi tentu tidak akan menolak dan mau tidak mau akan membaca buku yang dihadiahkan tersebut. Jika aktivitas ini dilakukan dan dibudayakan di instansi-instansi besar, lingkungan kerja, sekolah-sekolah, dan masyarakat, tidak dipungkiri akan memperbaiki kondisi literasi di Indonesia. Tentunya bentuk aktivitas pemberian parsel buku ini tidak sebatas pada tukar menukar hadiah atau hadiah hari raya, melainkan dapat berwujud doorprize, hadiah kejuaraan kelas, atau hadiah lomba.
Buku-buku yang dipilih untuk dihadiahkan dalam parsel lebih bermakna jika dibuat berdasar tema-tema acara tertentu. Parsel buku yang berisi buku-buku pelajaran seperti buku matematika, IPA, Bahasa Inggris dan sebagainya, sangat cocok diberikan kepada anak-anak sekolah sebagai hadiah naik kelas atau hadiah kelulusan menuju ke jenjang pendidikan berikutnya. Parsel buku-buku bertema keagamaan cocok untuk dihadiahkan saat hari-hari besar agama seperti Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Natal. Parsel buku-buku berupa novel remaja cocok untuk dihadiahkan pada saat ulang tahun ke-17 (sweet seventeen). Parsel buku-buku bertema anak, fabel, bergambar, bahkan pop-up cocok untuk hadiah bagi anak-anak dan balita. Sedangkan untuk hadiah atau hantaran pada acara pernikahan, dapat dipilih buku-buku bertema keluarga, rumah tangga, dan sebagainya. 
Masyarakat tidak perlu bingung atau kesulitan dalam membuat parsel ini. Cara membuat parsel buku tidak jauh berbeda dengan parsel-parsel yang lain. Setelah menentukan buku-buku dengan tema tertentu, kita dapat menentukan keranjang yang cukup untuk memuat buku-buku tersebut. Keranjang sebagai wadah buku dapat berupa keranjang rotan, plastik, dan karton. Jika ingin lebih ekonomis, keranjang dapat diganti dengan kardus bekas. Karena konsepnya berupa parsel, hendaknya isi parsel lebih dari satu buku. Jika kita akan menghadiahkan satu buku saja, lebih baik langsung dibungkus membentuk kado saja bukan parsel. Kemudian buku-buku ditata dalam keranjang sedemikian rupa agar terlihat semuanya terutama judul-judul bukunya. Setelah buku tertata dengan baik, parsel dapat ditutup dengan plastik bermotif. Pada tahap ini kita dapat menggunakan isolasi atau double tape untuk merekatkan. Kemudian kita dapat menambah kartu ucapan, seperti ucapan selamat ulang tahun, selamat hari raya atau selamat menempuh hidup baru. Agar terlihat lebih cantik, dapat kita tambahkan pita atau ornamen warna-warni. Berikut ini adalah beberapa contoh tampilan parsel buku yang sudah jadi.
Gambar 1. Parsel dengan Penutup Plastik (bukukita.com)

Gambar 2. Parsel Tanpa Penutup Plastik (Mizands Jogja)
Untuk menghasilkan berbagai bentuk parsel buku yang indah ini tentu dibutuhkan daya kreativitas yang baik. Terlebih bagi anak-anak, aktivitas ini akan mengakomodasi kreativitas dan daya imajinasi mereka untuk menciptakan karya parsel yang menarik yang hasilnya nanti akan dihadiahkan kepada teman-teman tersayang. Orang tua juga dapat memanfaatkan aktivitas ini untuk mengajarkan kesabaran dan keuletan pada anak demi mendapatkan hasil yang diinginkan.
Banyak kelebihan yang didapat dengan membuat parsel buku dibanding parsel-parsel jenis yang lain. Berbeda dengan makanan kemasan atau kue, buku tidak mempunyai waktu kadaluarsa, sehingga parsel buku dapat dibuat jauh-jauh hari tanpa takut mempertimbangkan rentang waktu tertentu. Tidak itu saja, buku bukanlah barang pecah belah yang rentan bila jatuh, tergores, atau terbentur. Parsel buku juga akan menghindarkan kesan buruk akan makna terselubung seperti gratifikasi pada pegawai atau pejabat instansi. Memberikan buku sama saja dengan memberikan ilmu bermanfaat yang justru diperintahkan dalam ajaran agama. #SahabatKeluarga #LiterasiKeluarga

Daftar Pustaka

Vanesha, B. (2017).  Apa itu Parsel? Diakses dari http://www.parselday.com/ pada tanggal 6 September 2019.

Kementerian Kominfo. (2017). Teknologi Masyarakat Indonesia: Malas Baca Tapi Cerewet di Medsos. Diakses dari https://kominfo.go.id, pada tanggal 6 September 2019.

Selasa, 09 April 2019

Ikut Lomba 7-Minutes Presentation For Thesis Competition di Pasca UNY


Hari itu hari Kamis tanggal 4 April 2018. Pagi hari aku harus mengajar mtk di jam pertama sampai jam keempat di SMK Cipta Bhakti Husada, Lowanu, Yogyakarta. Padahal hari itu aku akan mengikuti Lomba Thesis 7-Minutes Presentation For Thesis Competition di Pasca UNY. Beruntunglah saat TM,  aku mendapat nomor undi 18, sehingga aku dapat berangkat agak telat.

Usai jam ketiga, aku langsung cabut ke kampus pasca. Jam keempat sengaja aku beri tugas untuk kelas XI Keperawatan 3, karena takut telat dan gak jadi ikut lomba. Beruntung dengan sedikit kebut-kebutan dan sedikit ngeprint dokumen, aku sampai di gedung pasca lantai 3, tepatnya di ruang teater GLB lantai 3 UNY. Bersyukur sampai sana baru peserta nomor urut 3 yang tampil. Memang agendanya, jam-jam awal digunakan untuk registrasi, sambutan-sambutan, dan sebagainya, sehingga startnya lombapun ikutan mundur.

7 menit demi 7 menit terlewati. Masing-masing mahasiswa menampilkan tesis dan proposal tesis mereka di hadapan dewan juri. Hingga tibalah aku peserta ke-18 untuk menampilkan presentasi. Dengan durasi membuat ppt yg hnya 1 malam saja, aku si nothing to loose aja laaahh… Belibet juga presentasi pake bahasa inggris. Sulit bagiku yang jarang pakai bahasa inggris dalam sehari-hari, bahkan nonton film bahasa inggrispun gak pernaah.. wakakaka…  Ini sekilas abstrak tentang presentasi proposal tesisku tentang pembelajaran matematika berbasis teori variasi..



The Effectiveness of Variation Theory Based Mathematics Learning in Terms of Higher Order Thinking Skills of Vocational School Students




Irham Baskoro

Mathematics Education Study Program, Yogyakarta State University,

Jl. Colombo No.1, Karangmalang, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281, Indonesia

Email: irham.baskoro@gmail.com. Telp. +6289637738431

ABSTRACT




Since 2018, National Examination involved some questions measuring higher order thinking skills. The result showed that the average score of national examination of mathematics of vocational school in Yogyakarta is only 48.45. Sad news for SMK Cipta Bhakti Husada as one of vocational school in Yogyakarta got 41.30 only in mathematics. Some mathematics teachers said that mostly mathematics learning activities in class is only about calculating or memorizing formula. Whereas students need variation in learning, so that they have more experiences in solving varied mathematics problems. This study aimed to find out the effectiveness of variation theory based mathematics learning in terms of higher order thinking skills of vocational school students. Variation based learning as an alternative method in mathematics learning involves several variation patterns such as contrast, separation, generalization, fusion, conceptual, and procedural variation. This study employed quasi experiment method with a test as data collecting technique. The research will be conducted in SMK Cipta Bhakti Husada Yogyakarta. There are 2 classes of students majoring in nursing as the samples of this study. In this study, the effectiveness of variation theory based learning is measured by the score of higher order thinking skills. The higher-order thinking skills that are conceived as the top end of Bloom's cognitive taxonomy consist of analyzing, evaluating, and creating. The hypothesis of this study is that variation theory based mathematics learning is effective in terms of higher order thinking skills of vocational school students.

Keyword: variation theory, higher order thinking skills, vocational students

 
Menunggu tampil

Waktu Presentasi Thesis Competition


Dan teng..teng 7 menitkupun berlalu, hingga berakhir juga presentasiku, walau sebenarnya blum kelar. Peraturan memang begitu, kalau belum kelar, tapi waktu udah lewat 7 menit, maka presentasi akan di stop. Dan aku merasa presentasiku di lomba itu tidak maksimal.

Sesaat setelah Coffe Break, Ishoma.. akhirnya tibalah saat pengumuman kejuaraan. Sempat saat itu udah mau pulang duluan, karena gak membayangkan kalau dapat juara. Eh.. tau-taunya pas diumumkaaaann… The Second Winner isssss……………………. Irham Baskoro…… waaaaaa… entah perasaan ini campur aduk gituu… antara senang dan gak percaya. Dengan perasaan yang senang banged, aku melangkah ke podium untuk menerima hadiah dan penghargaan. Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan keberkahan dan kemudahan pada hari itu. Semoga aku jadi lebih bersyukur, selalu bersemangat dan termotivasi untuk mengikuti lomba-lomba atau ajang-ajang yang lainnya lagi.
Top 3 Thesis Competition 2019

Horreee... Juara 2 Thesis Competition

Alhamdulillah Juara 2 Thesis Competition

Juara 1-3 dan Empat Juara Harapan

Juara 1 sampai 7

Setelah itu kami berfoto bersama dengan para panitia acara yaitu KMP 2019
Foto Bersama Peserta dan Panitia Thesis Competiton 2019 UNY 

Kamis, 07 Juni 2018

My Abstract on Icriems 2018


Investigating Vocational School Students’ Difficulties in Solving Basic Mathematics Problems as Their Prior Knowledge


Irham Baskoro1, a) and Wahyu Setyaningrum2, b)

1Graduate Program of Mathematics Education, Yogyakarta State University, and 2Mathematics Department, Faculty of Mathematics and Science Yogyakarta State University, Jl Kolombo No 1, Karangmalang, Depok, Sleman, Yogyakarta, Indonesia.


a)Corresponding authors: irham.baskoro@gmail.com,
b)
wahyu_setyaningrum@uny.ac.id

Abstract. This research aimed to investigate vocational students’ difficulties in solving basic mathematics problems. Qualitative research was conducted to describe the result. This research involved a rich collection of data to gain a deeper understanding of students’ difficulties, including their opinions about the questions. For this purpose, the author took five basic mathematics topics as students’ prior knowledge that are actually learned from primary until secondary school. They were cube net, integer operations, flow rate, velocity, and scale. Then 5 questions were constructed to represent those 5 topics. The questions’ sheets were applied to 108 vocational school students. These were the students’ percentage who answer the questions accurately each topic: cube net 65.74%, integer operations 87.96%, flow rate 52.78%, velocity 77.78%, and scale 62.96%. There were some difficulties can be identified, such drawing more or less than 6 congruent squares in constructing cube net; ordering operations (integer operations); time conversion, calculation, formula (flow rate & velocity);length conversion (scale). Most of students (48,81%) said that cube net problem was the easiest because cube net could be imagined and didn’t involve any formula. In contrast 34,17% of students said that velocity was the hardest problem to solve because they forgot the formula. This research will help and give an idea to mathematics educator in measuring their students’ basic mathematics knowledge or prior knowledge.
Keywords: prior knowledge, vocational school students, basic mathematics, qualitative research

CUPLIKAN NASKAH JUARA 2 LOMBA ESSAY NASIONAL IRHAM BASKORO


CUPLIKAN NASKAH JUARA 2 LOMBA ESSAY NASIONAL

HMPS MAGISTER PEND.MATEMATIKA

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN


  
Eksplorasi Menuju Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan



Oleh: Irham Baskoro
NIM: 17709251004



Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Pascasarjana
Universitas Negeri Yogyakarta
2017



Eksplorasi Menuju Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan
Dengan tema “Pembelajaran Matematika yang Meyenangkan”



Pelajaran matematika terkadang menjadi masalah bagi sebagian siswa. Bahkan beberapa siswa menganggap matematika tak ubahnya seperti hantu. Ditambah lagi apabila siswa sering dihadapkan pada tugas matematika yang banyak, ulangan matematika yang susah, bahkan guru matematika yang garang. Hal ini semakin menjauhkan ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran ini. Kalau sudah tidak suka pelajaran matematika, tentu siswa akan sulit untuk memahami substansi materi di dalamnya. Lalu bagaimana strategi belajar matematika yang menyenangkan? Salah satu strateginya adalah eksplorasi saat pembelajaran.

A.    Biarkan Siswa Bereksplorasi

Saat melakukan pembelajaran matematika di kelas, guru sebaiknya memberikan kesempatan siswa untuk bereksplorasi. Siswa menjadi sulit belajar matematika, ketika guru mengharuskan siswa mengikuti cara yang diberikan dan cenderung langsung men’salah’kan saat siswa menggunakan jalan/cara yang berbeda walau sebenarnya tujuannya sama. Terkadang siswa cenderung menggunakan jalan pintas (heuristic / rule of thumb) dalam menyelesaikan suatu masalah awal. Metode yang sering digunakan siswa adalah trial and error. Namun guru kadang mengabaikan hal tersebut. Misal dalam menyelesaikan persamaan linear satu variabel, sebagian guru langsung menjelaskan konsep mengurangi atau menjumlahkan kedua ruas dengan bilangan yang sama atau menjelaskan kanselasi pada kedua ruas persamaan. Siswa tidak diberikan warming up, berupa kesempatan untuk melakukan trial and error terlebih dahulu.

Disamping itu, guru tidak boleh selamanya mengajarkan problem solving skill yang sifatnya well defined. Siswa menjadi tidak kreatif dan tidak mampu berfikir secara divergen. Hal tersebut dikarenakan soal well-defined kurang bisa mengadopsi aneka jawaban, usulan, opini, atau pendapat siswa mengingat soal yang diberikan hanya memungkinkan jawaban atau cara yang tunggal. Guru perlu mengkonstruk ill defined problem yang erat kaitannya dengan pembelajaran open-ended. Guru harus memiliki kemampuan untuk membuat soal-soal terbuka yang memberikan kesempatan siswa untuk menjawab dengan berbagai cara, beraneka strategi, bahkan bervariasi jawaban. Berikut contoh well-defined problem pada materi baris dan deret (Kyeong, 2017)

a.      What is the n-th term of the sequence 1, 3, 5, 7, 9, …? Explain why.

b.      What is the n-th term of the sequence 1, 2, 4, 8, 16, …? Explain why.

Berikut ini adalah contoh modifikasi soal baris dan deret sehingga menjadi ill-defined problem. Siswa dapat mengemukakan banyak jawaban (open-ended) untuk melatih kreativitas mereka.

a.      What is the n-th term of the sequence in which the first two terms are 3 and 9? Explain why.

b.      Find as many as possible sequences that have 3 and 9 as their first two terms.

c.       Is there a sequence that has 1, 2, 3, 4, 5 as its first five terms that is not an arithmetic sequence?



Hal yang juga menyebabkan siswa sulit belajar matematika di kelas adalah guru kurang mengadopsi multiple intelligence (kecerdasan majemuk) yang dimiliki siswa-siswanya. Teori multiple intelligence (MI) dikemukakan oleh Howard Gardner. Menurut Gardner (dalam  Amir, 2013) kecerdasan itu tidak hanya diartikan sebagai IQ saja, namun kecerdasan itu menyangkut kemampuan seseorang untuk menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk yang merupakan konsekuensi dalam suasana budaya atau masyarakat tertentu. Ia juga menambahkan bahwa setiap orang berbeda karena memiliki kombinasi kecerdasan yang berlainan dan kita cenderung hanya menghargai orang-orang yang ahli dalam kemampuan logis-matematis dan bahasa.


Siswa-siswa dengan kecerdasan interpersonal yang tinggi dapat difasilitasi dengan pembelajaran matematika yang cooperative learning. Guru dapat mengadakan diskusi / kerja kelompok untuk mengoptimalkan kecerdasan interpersonal yang mereka miliki. Siswa dengan kecerdasan visual yang tinggi, dapat difasilitasi dengan pembelajaran matematika dengan menggunakan video animasi, media gambar/poster, dan alat peraga semacamnya. Siswa dengan kecerdasan naturalis yang tinggi, dapat difasilitasi dengan outdoor class activity. Kecerdasan naturalis erat kaitannya dengan memahami dan menikmati alam dan menggunakanya secara produktif dan mengembangkan pengetahuan akan alam (Abiquetta3, 2013). Siswa bisa diajak ke alam dan menerapkan konsep matematika dengan media langsung dari alam bebas, seperti menghitung tinggi pohon (rumus phytagoras) dan mengukur lebar sungai (konsep kesebangunan). 


Selain itu, beberapa siswa juga dianugerahi kecerdasan musikal yang baik. Siswa dengan kecerdasan musikal yang tinggi dapat belajar matematika seperti menghafal rumus-rumus, nama bangun datar, atau materi apa saja dalam bentuk lagu. Belajar dengan bernyanyi tidak hanya diterapkan di TK, namun di SD, SMP maupun di SMA juga bisa dilakukan. Berikut ini contoh mengajarkan nama-nama bangun ruang melalui gubahan lagu “Bangun Tidur” untuk anak SD.

Bangun Ruang

   lirik : Bangun Tidur

            Bangun ruang dimana-mana

            Ada balok dan ada kubus

            Ada tabung dan ada kerucut

            Ada prisma dan ada bola

            (bisa dirubah juga dengan nama-nama bangun datar)



B.     Eksplorasi Buku Catatan Matematika Siswa Yang Menarik

              Strategi yang dilakukan siswa agar belajar menjadi menyenangkan adalah dengan membuat buku catatan matematika yang rapi, sistematis, dan menarik. Seperti yang kita ketahui, bahwa pembelajaran matematika melibatkan perhitungan yang kompleks, sehingga siswa terkadang juga melakukan corat-coret pada buku catatan. Hal tersebut sebaiknya dihindari. Selain itu, siswa sering diberikan lembaran-lembaran soal latihan matematika dari guru, tetapi kemudian siswa menuliskan jawaban dan pembahasannya pada buku catatan. Sebaiknya hal ini juga tidak dilakukan. Sebaiknya jawaban dan pembahasan soal langsung ditulis dalam lembar soal tersebut secara tidak terpisah, walaupun dengan tulisan yang kecil. Hal itu untuk mengurangi efek perhatian terpisah antara lembar soal dan jawaban. Setelah itu, soal-soal matematika tersebut dapat dikumpulkan dalam bentuk bank soal dalam suatu map atau wadah tersendiri. 
            Agar menarik, siswa dapat memberikan tanda/warna kesukaannya pada rumus-rumus yang penting dalam buku catatan matematika. Misal saat mempelajari konsep kecepatan, siswa dapat memberi warna pada rumus kecepatan atau pada singkatan JOKOWI. Siswa yang suka menggambar bisa menambahkan gambar motor atau mobil di sebelah rumus kecepatan tersebut. Di saat menggambar diagram batang atau diagram lingkaran juga dapat digunakan warna yang beraneka macam. Siswa dapat berkreasi sekreatif mungkin terhadap buku catatan matematikanya, terutama pada hal-hal yang penting. Hal ini dimaksudkan agar perhatian siswa dapat terfokus pada hal-hal yang penting di buku catatan saat belajar. Friedmen,dkk. (dalam Brunning, 2004) menyebutkan bahwa “The research on attention shows that human beings are severely limited in the number of things they can pay attention to at a given time.  Tidak mungkin dalam suatu waktu, perhatian siswa dapat terfokus pada banyak hal. Dengan memberikan warna-warna atau aneka gambar menarik pada materi yang penting, fokus siswa tertuju pada hal-hal yang penting saja. Hal ini berguna ketika siswa belajar untuk keperluan ujian esoknya. Disamping itu, buku catatan yang menarik ini akan membuat belajar menjadi lebih berkesan. Siswa  merasa enjoy membaca buku catatannya yang rapi dan menarik, sehingga mereka cepat paham dan tidak mudah lupa akan materi tersebut


C.     Eksplorasi Strategi Mnemonics dan Pengalaman Pembelajaran Matematika

            Agar lebih menarik, guru dapat mengubah strategi mengajar pada siswa. Misal ketika siswa SD harus menghafal rumus matematika yang sangat banyak, guru dapat mengenalkan salah satu strategi mengingat (mnemonics) pada siswa, yaitu The First Letter Methods (or first letters). Boltwood & Blick (dalam Brunning, 2015) menyatakan “among all mnemonics, the one that students most often report using spontaneously is The First Letter Methods”. Dalam menghafal rumus jarak kecepatan waktu   dapat disingkat menjadi JKW atau populernya JOKOWI. Dalam menghafal rumus debit, dapat digunakan singkatan VDW. Atau ketika menghafalkan rumus trigonometri sering digunakan singkatan SOH, CAH, TOA.  “SOH stands for Sine equals Opposite over Hypotenuse. CAH stands for Cosine equals Adjacent over Hypotenuse. TOA stands for tangent equals Opposite over Adjacent”. Kalau di Indonesia, rumus tersebut sering disingkat menjadi sindemi (sin = depan per miring), cosami (cos = samping per miring), dan tandesa (tan = depan per samping). Metode mnemonics juga dapat diaplikasikan saat menghafal urutan konversi satuan panjang yang terdiri dari km-hm-dam-m-dm-cm sampai mm. Urutan satuan tersebut dapat diurakan menjadi kalimat: “kalau haus dapat minum di cangkir mama.”

Kalau:km - Haus:hm - Dapat:dm - Minum:m - Di:dm - Cangkir:cm -Mama:mm

Kata-kata tersebut saling membentuk keterkaitan sehingga menjadi kalimat yang bermakna. Penulis telah mengujicobakan pada murid-murid les privat yang duduk di kelas 5 SD. Mereka menjadi hafal urutan satuan-satuan panjang tersebut dengan mudah. Bahkan ada siswa yang memodifikasi menjadi “kalau hantu datang malam-malam dengan cara miring-miring.” Hal ini ternyata mampu melatih siswa untuk berinovasi, terutama dalam hal strategi mnemonics. Kalau siswa hanya langsung menghafal urutan satuan panjang dari km, hm, dam, dan seterusnya tanpa menggunakan strategi menghafal, tentu akan membebani working memory mereka. Seperti dalam penelitian yang dilakukan Miller (dalam Retnowati, 2008) bahwa ia menyajikan kata-kata yang susunanya tidak bermakna dan kemudian meminta responden untuk menyatakannya kembali. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar responden hanya mampu mengingat antara lima sampai dengan sembilan kata.

Namun pembelajaran sejatinya tidak berpusat pada menghafal rumus-rumus saja. Hafal rumus namun tidak memahaminya, tentu tidak akan bertahan lama dalam memori. Agar dapat bertahan lama, perlu memperkuat proses penyimpanan pengetahuan (encoding) menuju long term memory khususnya bagian episodic memory. Tulving (dalam Brunning,2015) menyatakan “episodic memory refers to storage and retrieval of autobiographical experiences.” Atau dengan kata lain episodic memory berkaitan dengan penyimpanan dan pengambilan kembali pengalaman seseorang. Misal saat siswa mempelajari rumus JKW, guru dapat membawa mereka dalam pengalaman sehari-hari seperti membaca speedometer pada sepeda motor. Jika jarum speedometer menunjuk angka 70 km/jam, sepeda motor tentu melaju lebih cepat dibandingkan saat jarum menunjuk angka 50 km/jam. Setelah itu, guru baru menjelaskan makna 70 km per jam, yaitu bahwa dalam satu jam, sepeda motor dapat menempuh jarak 70 km.  Begitu juga saat menjelaskan konsep debit, guru dapat mencontohkan dalam pengalaman sehari-hari dengan membuka dua buah keran. Keran biru dibuka dan dengan aliran derasnya menghasilkan debit 5 liter/menit. Sementara keran hitam dengan aliran pelan menghasilkan debit 1 liter/menit. Kemudian guru membandingkan keran mana yang mampu mengisi penuh suatu ember lebih cepat.

Contoh yang lain yaitu ketika guru menjelaskan cara menyelesaikan persamaan 3x + 5 = 20. Guru dapat menampilkan representasi gambar (iconic representation) dalam menyelesaikan masalah tersebut. Representasi gambar ini tentunya terkait dengan pengalaman siswa sehari-hari, yaitu dengan menampilkan tiga karung dan lima batu pada sisi kiri timbangan dan dua puluh batu pada sisi kanan timbangan. Kemudian pada kedua sisi timbangan dibuang lima buah batu secara adil, sehingga terlihat gambar berikut. Sehingga masing-masing karung dapat terisi masing-masing oleh 5 batu. Sehingga penyelesaian dari persamaan 3x + 5 = 20 adalah x = 5.
Pembelajaran matematika berdasar pengalaman tersebut digolongkan dalam pembelajaran matematika kontekstual dan pembelajaran matematika realistik. Pembelajaran dengan pengalaman tersebut akan membuat pengetahuan lebih lama tersimpan dalam memori jangka panjang sehingga tidak mudah lupa.


Kamis, 25 Januari 2018

Menciptakan Program BPK Kreatif dan Menyenangkan untuk Siswa

Tema : BPK Kawal Harta Negara
Subtema: BPK dan Kesejahteraan Rakyat

Irham Baskoro
irham.baskoro@gmail.com
Mahasiswa Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta


       Istilah BPK atau Badan Pemeriksa Keuangan tentu sudah tidak asing bagi kita. BPK adalah lembaga tinggi negara yang bebas dan mandiri yang memiliki wewenang untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara (Pasal 23E ayat 1 UUD 1945). Adapun visi BPK adalah menjadi pendorong pengelolaan keuangan negara untuk mencapai tujuan negara melalui pemeriksaan yang berkualitas dan bermanfaat. Seringkali nama lembaga tinggi ini mencuat di berbagai media baik televisi maupun surat kabar. Biasanya berita-berita tersebut terkait dengan hasil audit yang dilakukan lembaga tersebut. Namun apakah para siswa sekolah telah mengetahui apa itu BPK?

       Siswa telah mendapatkan materi tentang Lembaga-lembaga Negara termasuk BPK dalam mata pelajaran PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) atau IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Secara sekilas para siswa telah diberikan pemahaman mengenai lembaga BPK, tugas, maupun wewenangnya. Namun, pembelajaran teori yang berlangsung secara klasikal hanya akan membuat siswa terjebak pada pembelajaran menghafal saja. Siswa hanya menghafal pengertian BPK, tugas dan wewenangnya, serta dasar hukumnya, tanpa memahami secara betul-betul bahwa peran BPK sangatlah penting dalam menyelamatkan keuangan negara dan menjaga keberlangsungan jalannya roda pemerintahan. Untuk itu diperlukan strategi yang kreatif dan menyenangkan untuk mengenalkan bahkan mempopulerkan BPK di kalangan siswa sekolah.

       “BPK Goes to School” mungkin menjadi salah satu solusi kreatif dan efektif. Pegawai atau pemeriksa (auditor) BPK bisa sesekali terjun ke sekolah-sekolah untuk mengenalkan BPK kepada para siswa. Hal ini ditujukan untuk lebih mendekatkan BPK pada dunia pendidikan sekolah. Kita tahu bahwa banyak nilai-nilai dasar yang diperjuangkan BPK seperti independensi, integritas (kejujuran, objektif, dan tegas), serta profesionalisme, yang ternyata sangat sesuai dengan nilai-nilai karakter yang diharapkan untuk dimiliki para siswa dan guru di sekolah. Berikut ini adalah langkah-langkah yang dapat membantu para auditor BPK ketika mengajar di kelas.
Pertemuan pertama dengan Guru PPKn atau IPS dilakukan untuk mengkoordinasikan materi dengan kurikulum yang diterapkan oleh sekolah. Selain itu juga dikoordinasikan mengenai jadwal yang bisa dipakai oleh Pegawai/Auditor BPK untuk masuk ke dalam kelas. Pembelajaran diawali dengan menjelaskan BPK secara umum pada siswa, baik dasar hukum, tugas, maupun wewenang. Namun, dalam menjelaskan materi, sebisa mungkin menarik. Untuk itu, sebelum pembelajaran di kelas perlu disiapkan bahan-bahan mengajar seperti video animasi, slide power point, dan lain sebagainya. Jangan lupa di sela-sela pembelajaran dapat diberikan games (permainan) atau kuis (tanya jawab) tentang materi yang telah dijelaskan. Setelah itu, kegiatan berikutnya adalah bersama-sama dengan siswa menyimpulkan materi tersebut. Kemudian para siswa diberikan tugas atau proyek menyenangkan seperti membuat majalah dinding (mading) atau membuat lagu tentang BPK. Agar lebih menggugah semangat para siswa, dapat diberikan hadiah untuk karya-karya terbaik. Setelah itu majalah dinding tentang BPK tadi dapat dipajang di kelas-kelas, di ruang guru, atau di tempat-tempat umum. Tidak dipungkiri, Pegawai / Auditor BPK yang berani terjun sebagai pengajar ke sekolah-sekolah ini akan mendapatkan pengalaman yang sangat berharga. Selain itu, kegiatan tersebut akan menjadi “refreshing” atau penyegaran kembali bagi para pegawai dan auditor yang sehari-harinya disibukkan dengan audit, laporan keuangan,dan seabrek tugas-tugas kantor lainnya. 
Setelah mengikuti pembelajaran tersebut, diharapkan siswa tidak hanya hafal akan tugas, wewenang atau landasan hukum BPK. Namun, siswa menjadi memahami dan menyadari akan pentingnya eksistensi BPK di Indonesia. Diharapkan kelak, ketika siswa-siswa ini menjadi pegawai atau PNS di lembaga-lembaga negara, mereka dapat mengedepankan kejujuran, transparansi, akuntabilitas, indenpendensi, dan profesionalisme. Pembelajaran ini juga membuka pikiran para siswa bahwa kinerja mereka kelak (terutama dalam hal keuangan) akan selalu diawasi oleh BPK, bahkan juga lembaga-lembaga terkait seperti KPK, OJK, dan Kepolisian. Dan yang tidak kalah penting yaitu agar para siswa nantinya mampu mengemban amanah dan terhidar dari penyelewangan tanggung jawab yang berakibat dosa. Semua nilai karakter tersebut akan terlambat jika disampaikan saat mereka sudah bekerja atau menjadi pegawai, melainkan harus dibangun semenjak usia mereka masih relatif belia.
Solusi kreatif berikutnya adalah dengan menyelenggarakan BPK Competition.  BPK Competition akan menjadi ajang perlombaan bagi para siswa atau masyarakat umum dengan materi lomba terkait BPK. Perlombaan ini dapat meliputi perlombaan menulis, video, menggambar, mewarnai, cerdas cermat, dan sebagainya. Lomba ini juga diperuntukkan bagi semua kalangan sesuai kategori-kategorinya. Misalnya lomba menggambar dan mewarnai bagi siswa SD. Lomba menggambar dan mewarnai ini dapat dilakukan dengan objek berupa lambang BPK dengan memperhatikan kesesuaian bentuk dan warna pada lambang/logo resmi BPK. Selain itu juga dapat diselenggarakan lomba cerdas cermat atau karya tulis mengenai BPK untuk kategori siswa SMP dan SMA. Lomba untuk kategori mahasiswa dan umum dapat berupa lomba video, karya tulis (artikel, essai, blog), infografis, fotografi, bahkan cipta lagu/jingle tentang BPK. Beberapa lomba seperti fotografi, blog, juga sebaiknya dilengkapi syarat untuk dibagikan (di-share) di media sosial. Hal ini tentu akan memberikan pengetahuan atau informasi lebih banyak dan lebih luas tentang BPK untuk para netizen.
Sebagai wujud edukasi dan sosialisasi tentang audit, ternyata baru-baru ini, BPK sempat menyelenggarakan ajang perlombaan kreatif. Seperti yang dikutip dalam laman resmi BPK, bahwa pada tanggal 27 sampai 30 November 2017  telah diselenggarakan BPK Audination dimana di dalamnya terdapat seminar serta perlombaan atau olimpiade. Hanya saja kompetisi ini ditujukan untuk mahasiswa-mahasiswa di perguruan tinggi. Sebanyak 752 peserta yang tersebar dari 114 Perguruan Tinggi di Indonesia telah mengikuti seminar dan lomba-lomba yang diselenggarakan tersebut. Lomba-lomba tersebut antara lain lomba cerdas cermat, lomba praktikum auditing, lomba debat auditing, lomba karya tulis terkait auditing, serta lomba karya publikasi. Pada lomba publikasi, para mahasiswa mempresentasikan kreativitas serta inovasi mereka dalam pembuatan poster, video, film, infografis, musik, dan games. Diharapkan perlombaan ini dapat dilaksanakan secara rutin dari tahun ke tahun. Selain itu perlombaan yang diselenggarakan BPK diharapkan dapat mengakomodasi seluruh kalangan baik dari anak-anak sampai dewasa. Tidak dipungkiri strategi-strategi seperti inilah yang justru lebih berkesan  dan akan mudah untuk diterima masyarakat. 😃

         Daftar Pustaka

Biro Humas dan Kerja Sama Internasional BPK. 2017. BPK Beri Edukasi dan Sosialisasi Ilmu Audit Pemerintahan. Diakses dari http://www.bpk.go.id/news/bpk-beri-edukasi-dan-sosialisasi-ilmu-audit-pemerintahan pada tanggal 25 Januari 2018.