CERITA
ANAK
Judul:
Buah Busuk Pak Imron
Karya
: Irham Baskoro, S.Pd
Yogyakarta
Di suatu pasar buah,
ratusan buah-buahan segar didatangkan dari seluruh penjuru desa. Buah-buahan
itu baru dipetik oleh para petani buah, sehingga warnanya masih cerah, kulitnya
bersih, dan rasanya dijamin enak. Pak Imron adalah salah satu pedagang buah di
pasar tersebut yang masih terbilang baru. Ya kalau dihitung-hitung, baru 2
bulan ia berdagang disana. Dengan berdagang buah-buahan di pasar, ia berharap dapat
menyekolahkan ketiga anaknya di SD, SMP, dan SMA. Meski baru 2 bulan, ia bisa dibilang termasuk pedagang buah yang
sangat sukses.
Setiap pagi buta, Pak Imron
berangkat dari desa ke kota untuk menjual buah-buahan ranum yang ia tanam
sendiri. Jarak antara desa ke kota kurang lebih sekitar 50 kilometer. Walaupun
jarak desa ke kota cukup jauh, namun Pak Imron tetap ulet dan kerja keras.
Selepas sore, ia pulang dan kembali memantau tanaman buah-buah yang ia tanam di
desanya agar tetap subur dan terhindar dari hama. Begitu seterusnya rutinitas
sehari-hari dari Pak Imron. Kerja kerasnya patut kita teladani.
Namun, kesuksesan Pak Imron kerap
membuat pedagang-pedagang yang lain iri kepadanya. Bu Fiza dan Pak Farid,
adalah dua pedagang yang lapak tempat jualannya bersebelahan dengan Pak Imron,
mengaku iri dengan Pak Imron karena dagangan buahnya lebih laku. Selain karena
buah-buahnya yang lebih lengkap, buah-buah Pak Imron memang memiliki kualitas
yang lebih baik.
“Duh..duh... lagi-lagi buah-buah
daganganku gak laku.” Keluh Bu Fiza pada Pak Farid.
“Iya bu, semenjak Pak Imron jualan
disini, kita jadi kesepian pembeli.” tambah Pak Farid.
“Iya pak, dari hari ke hari,
bukannya untung yang didapat, eh malah
rugi.” Kata Bu Fiza.
Begitulah sehari-hari, Bu Fiza dan
Pak Farid mengeluh tentang dagangannya yang kurang laku dari hari ke hari.
Mereka menyalahkan Pak Imron yang menyaingi penjualan buah-buahan mereka.
Bahkan mereka tidak ingin Pak Imron berjualan di pasar itu. Sudah berkali-kali
mereka berusaha mengusir Pak Imron, namun tidak juga berhasil.
Sampai akhirnya, terbesit di pikiran mereka
untuk membuat buah-buah dagangan Pak Imron cepat busuk, agar tidak ada
pembelinya. Selain itu, mereka juga berniat untuk melepas tikus-tikus curut di
lapak tempat Pak Imron berdagang untuk memakan buah-buah dagangannya. Niat buruk
itu pun dilakukan di malam hari, ketika semua pedagang telah pulang, Pak Farid
dan Bu Fiza menaburi lapak Pak Imron dengan bubuk-bubuk kimia yang membuat
buah-buahan cepat membusuk. Mereka juga melepaskan tikus curut kecil di lapak
itu.
“Bagaimana
Pak, semua rencana sudah beres kan?” tanya Bu Fiza pada Pak Farid.
“Sudah
bu, tinggal kita tunggu esok hari. Pasti buah-buah Pak Imron cepat membusuk dan
tidak laku lagi..hahaha” Jawab Pak Farid dengan hati yang sangat senang.
“
Iya pak, semoga besok dagangan kita bisa lebih laris.” Kata Bu Fiza.
Esok
haripun tiba juga. Matahari bersinar sangat cerah, seolah memberi semangat yang
luar biasa pada para pedagang buah di pasar untuk menjual dagangannya. Pak Imron yang baru saja
tiba di pasar, segera menata buah-buahan segar yang ia bawa. Ia optimis bahwa
hari ini dagangannya akan laris seperti biasanya.
Namun,
baru sekitar dua jam, bau busuk mulai tercium dari lapak Pak Imron. Satu per
satu buah-buahanya membusuk. Pisang, apel, mangga, salak, sampai melon dan
semangka, semuanya tiba-tiba membusuk. Bau busuk itu memaksa tikus-tikus curut
keluar. Pak Imron pun kaget dan heran, melihat buah-buahnya yang tiba-tiba
membusuk. Ia baru sadar ternyata dilapaknya banyak taburan bubuk kimia yang
mempercepat pembusukan buah-buah dagangannya itu.
“Astagfirullah… siapa yang melakukan semua ini?” gumam Pak
Imron sambil memandang buah-buahnya yang membusuk.
Akibatnya,
para pembeli buah pun beralih ke lapak milik Pak Farid dan Bu Fiza. Mereka
mengurungkan niat untuk membeli buah-buah Pak Imron, karena memang banyak buah
yang sudah membusuk. Hingga siang hari, tak satupun pembeli menghampiri lapak
Pak Imron. Pak Imron terlihat sangat sedih dan ia pun berniat untuk segera menutup
dagangannya lebih pagi dari biasanya.
Namun,
ketika akan menutup lapaknya, Pak Imron mendapati rombongan mahasiswa datang
menghampiri lapaknya. Ia heran mengapa ada banyak mahasiswa mendatangi
lapaknya. Rombongan mahasiswa yang nampaknya dari suatu universitas ternama itu,
tiba-tiba membeli bahkan memborong semua buah-buahan busuk di lapak Pak Imron. Betapa kagetnya Pak Imron
melihat hal itu.
“Dek, ini buah-buahan sudah membusuk lho, adek-adek
yakin mau membelinya?” tanya Pak Imron pada mahasiswa-mahasiswa itu.
“
Iya pak, kita membutuhkan banyak buah-buah yang sudah membusuk untuk penelitian
di laboratorium untuk ujian akhir semester besok pagi pak.” Jawab salah seorang
mahasiswa.
“Lalu,
apakah buah-buah ini mau dibeli semuanya?”
tanya Pak Imron lagi.
“Iya
pak, kita akan beli semuanya untuk keperluan semua mahasiswa untuk satu
fakultas.” Jawab mahasiswa-mahasiswa yang lain.
Para
pedagang yang lain pun ikut heran melihat semua buah-buah busuk Pak Imron laris
dan ludes tak bersisa. Justru kini Pak Imron dapat berkemas lebih dulu dari
pedagang yang lainnya, karena memang dagangannya sudah habis. Hal ini tentu
membuat Pak Farid dan Bu Fiza menyesal dan jengkel karena rencana kotornya
tidak berjalan sebagaimana mestinya. Sebaliknya, bau busuk dari lapak Pak Imron
tadi menyebar ke lapak-lapak tempat Pak Farid dan Bu Fiza berdagang, sehingga, semakin
sore, pembeli semakin sepi, hingga mereka mengalami kerugian. Sungguh
menyedihkan…
Begitulah cerita tentang buah busuk Pak Imron yang dapat kita ambil pesan didalamnya bahwa rejeki memang sudah ada yang mengatur, tinggal bagaimana usaha kita untuk menjemput rejeki itu dengan cara yang baik dan benar.
Irham Baskoro (ikok)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar