Senin, 01 Februari 2016

CERITA ANAK
Judul: Buah Busuk Pak Imron
Karya : Irham Baskoro, S.Pd
Yogyakarta

                Di suatu pasar buah, ratusan buah-buahan segar didatangkan dari seluruh penjuru desa. Buah-buahan itu baru dipetik oleh para petani buah, sehingga warnanya masih cerah, kulitnya bersih, dan rasanya dijamin enak. Pak Imron adalah salah satu pedagang buah di pasar tersebut yang masih terbilang baru. Ya kalau dihitung-hitung, baru 2 bulan ia berdagang disana. Dengan berdagang buah-buahan di pasar, ia berharap dapat menyekolahkan ketiga anaknya di SD, SMP, dan SMA. Meski baru 2 bulan,  ia bisa dibilang termasuk pedagang buah yang sangat sukses.
            Setiap pagi buta, Pak Imron berangkat dari desa ke kota untuk menjual buah-buahan ranum yang ia tanam sendiri. Jarak antara desa ke kota kurang lebih sekitar 50 kilometer. Walaupun jarak desa ke kota cukup jauh, namun Pak Imron tetap ulet dan kerja keras. Selepas sore, ia pulang dan kembali memantau tanaman buah-buah yang ia tanam di desanya agar tetap subur dan terhindar dari hama. Begitu seterusnya rutinitas sehari-hari dari Pak Imron. Kerja kerasnya patut kita teladani.
            Namun, kesuksesan Pak Imron kerap membuat pedagang-pedagang yang lain iri kepadanya. Bu Fiza dan Pak Farid, adalah dua pedagang yang lapak tempat jualannya bersebelahan dengan Pak Imron, mengaku iri dengan Pak Imron karena dagangan buahnya lebih laku. Selain karena buah-buahnya yang lebih lengkap, buah-buah Pak Imron memang memiliki kualitas yang lebih baik.
            “Duh..duh... lagi-lagi buah-buah daganganku gak laku.” Keluh Bu Fiza pada Pak Farid.
            “Iya bu, semenjak Pak Imron jualan disini, kita jadi kesepian pembeli.” tambah Pak Farid.
            “Iya pak, dari hari ke hari, bukannya untung yang didapat,  eh malah rugi.” Kata Bu Fiza.
            Begitulah sehari-hari, Bu Fiza dan Pak Farid mengeluh tentang dagangannya yang kurang laku dari hari ke hari. Mereka menyalahkan Pak Imron yang menyaingi penjualan buah-buahan mereka. Bahkan mereka tidak ingin Pak Imron berjualan di pasar itu. Sudah berkali-kali mereka berusaha mengusir Pak Imron, namun tidak juga berhasil.
 Sampai akhirnya, terbesit di pikiran mereka untuk membuat buah-buah dagangan Pak Imron cepat busuk, agar tidak ada pembelinya. Selain itu, mereka juga berniat untuk melepas tikus-tikus curut di lapak tempat Pak Imron berdagang untuk memakan buah-buah dagangannya. Niat buruk itu pun dilakukan di malam hari, ketika semua pedagang telah pulang, Pak Farid dan Bu Fiza menaburi lapak Pak Imron dengan bubuk-bubuk kimia yang membuat buah-buahan cepat membusuk. Mereka juga melepaskan tikus curut kecil di lapak itu.
“Bagaimana Pak, semua rencana sudah beres kan?” tanya Bu Fiza pada Pak Farid.
“Sudah bu, tinggal kita tunggu esok hari. Pasti buah-buah Pak Imron cepat membusuk dan tidak laku lagi..hahaha” Jawab Pak Farid dengan hati yang sangat senang.
“ Iya pak, semoga besok dagangan kita bisa lebih laris.” Kata Bu Fiza.
Esok haripun tiba juga. Matahari bersinar sangat cerah, seolah memberi semangat yang luar biasa pada para pedagang buah di pasar untuk  menjual dagangannya. Pak Imron yang baru saja tiba di pasar, segera menata buah-buahan segar yang ia bawa. Ia optimis bahwa hari ini dagangannya akan laris seperti biasanya.
Namun, baru sekitar dua jam, bau busuk mulai tercium dari lapak Pak Imron. Satu per satu buah-buahanya membusuk. Pisang, apel, mangga, salak, sampai melon dan semangka, semuanya tiba-tiba membusuk. Bau busuk itu memaksa tikus-tikus curut keluar. Pak Imron pun kaget dan heran, melihat buah-buahnya yang tiba-tiba membusuk. Ia baru sadar ternyata dilapaknya banyak taburan bubuk kimia yang mempercepat pembusukan buah-buah dagangannya itu.
“Astagfirullah…  siapa yang melakukan semua ini?” gumam Pak Imron sambil memandang buah-buahnya yang membusuk.
Akibatnya, para pembeli buah pun beralih ke lapak milik Pak Farid dan Bu Fiza. Mereka mengurungkan niat untuk membeli buah-buah Pak Imron, karena memang banyak buah yang sudah membusuk. Hingga siang hari, tak satupun pembeli menghampiri lapak Pak Imron. Pak Imron terlihat sangat sedih dan  ia pun berniat untuk segera menutup dagangannya lebih pagi dari biasanya.
Namun, ketika akan menutup lapaknya, Pak Imron mendapati rombongan mahasiswa datang menghampiri lapaknya. Ia heran mengapa ada banyak mahasiswa mendatangi lapaknya. Rombongan mahasiswa yang nampaknya dari suatu universitas ternama itu, tiba-tiba membeli bahkan memborong semua buah-buahan busuk  di lapak Pak Imron. Betapa kagetnya Pak Imron melihat hal itu.
“Dek,  ini buah-buahan sudah membusuk lho, adek-adek yakin mau membelinya?” tanya Pak Imron pada mahasiswa-mahasiswa itu.
“ Iya pak, kita membutuhkan banyak buah-buah yang sudah membusuk untuk penelitian di laboratorium untuk ujian akhir semester besok pagi pak.” Jawab salah seorang mahasiswa.
“Lalu, apakah buah-buah ini mau dibeli semuanya?”  tanya Pak Imron lagi.
“Iya pak, kita akan beli semuanya untuk keperluan semua mahasiswa untuk satu fakultas.” Jawab mahasiswa-mahasiswa yang lain.
Para pedagang yang lain pun ikut heran melihat semua buah-buah busuk Pak Imron laris dan ludes tak bersisa. Justru kini Pak Imron dapat berkemas lebih dulu dari pedagang yang lainnya, karena memang dagangannya sudah habis. Hal ini tentu membuat Pak Farid dan Bu Fiza menyesal dan jengkel karena rencana kotornya tidak berjalan sebagaimana mestinya. Sebaliknya, bau busuk dari lapak Pak Imron tadi menyebar ke lapak-lapak tempat Pak Farid dan Bu Fiza berdagang, sehingga, semakin sore, pembeli semakin sepi, hingga mereka mengalami kerugian. Sungguh menyedihkan…
           Begitulah cerita tentang buah busuk Pak Imron yang dapat kita ambil pesan didalamnya bahwa rejeki memang sudah ada yang mengatur, tinggal bagaimana usaha kita untuk menjemput rejeki itu dengan cara yang baik dan benar.
  Irham Baskoro (ikok)

Tidak ada komentar: