Senin, 16 Oktober 2017

Bertanya dan Bertanya

Refleksi Perkuliahan Filsafat Pendidikan Matematika Pertemuan ke-3
Dosen Pengampu: Prof.Dr. Marsigit, MA.
Tanggal Kuliah : 3 Oktober 2017

Oleh: Irham Baskoro
NIM: 17709251004
Pendidikan Matematika Pascasarjana (Kelas A)
Universitas Negeri Yogyakarta

      Hari Selasa yang dinanti-nanti akhirnya tiba lagi. Sore hari aku dan teman-teman segera menuju ke Gedung Baru Pascasarjana untuk kuliah Filsafat bersama Bapak Dosen Prof Marsigit. Pertemuan ketiga ini diawali dengan tes jawab singkat. Berikut ini beberapa istilah filsafat atau aliran-aliran yang muncul dalam tes tersebut beserta penjelasan sederhananya.

⦁ Disharmoni  = filsafat orang sakit, lawannya adalah harmoni  atau orang sehat
⦁ Simbolism  = aliran filsafat yang menggunakan simbol-simbol atau isyarat
⦁ Mitos = orang yang tidak tidak berfikir (tidur), lawannya logos yaitu berfikir
⦁ Skeptism  = Ragu-ragu / kamu ngapain?
⦁ Determin = Mendirect atau menyebabkan orang lain bergerak sesuai keinginan saya.
⦁ Fiksi  =  Andai kata, alirannya fiksionism
⦁ Subjektivism = Menurut saya
⦁ Objektivism = Menurut anda
⦁ Teleologi = Perkiraan saya
⦁ Utilitarian  = Nilai guna
⦁ Relativism = Tergantung sikon
⦁ Idealism = Yang baik
 Foundasionalism = janji
⦁ Intuisionism = lupa
⦁ Reduksionism  = Fokus
⦁ Monoism  = satu atau tunggal
⦁ Nihilsm = Tak ada
⦁ Hermeneutika = Diulang
⦁ Infinity regress = dan seterusnya tak hingga
⦁ Authoritarian = Perintah saya.
⦁ Kapitalism = uang..uang.. dan uang... Ada uang abang sayang..
⦁ Analitik = Sesuatu yang penting bisa dinalar
⦁ Aposteriori = Belum ketemu / belum lihat, kok suruh ngerti?

        Ilustrasi istilah di atas hanya dibuat sederhana agar mudah diingat saja. Setelah usai pembahasan tes jawab singkat, perkuliahan berlanjut dengan sesi tanya jawab. Kami menuliskan beberapa pertanyaan dalam kertas dan kemudian pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab oleh Pak Marsigit.

1. Pertanyaan dari Saudari Vidya:  “Mengapa orang hidup ada yang rajin ada yang malas?”
Bapak Marsigit menjawab: Sebenar-benar orang hidup adalah rajin dalam kemalasan dan malas dalam kerajinan. Kita semua dapat dikatakan malas, dapat pula dikatakan rajin. Rajin dan malas itu sangat relatif. Tidak semua yang rajin itu baik dan tidak semua yang malas itu buruk. Rajin mengambil milik orang lain, rajin menggunjing orang lain, rajin mencela orang lain, adalah contoh rajin yang tidak baik. Maka sangat berbahaya jika sesorang itu rajin setiap saat. Sementara kita perlu malas terhadap hal-hal yang buruk, seperti malas terhadap korupsi, malas terhadap kejahatan, dan lain-lain. Kalau kita hanya membayangkan rajin hanya dalam konteks rajin bekerja, malas belajar, maka hal itu terlalu parsial dan terlalu mengkotak-kotakkan.

2. Pertanyaan dari Saudari Ghina Sastmita Pratama: “Apa satu hal yang ingin Bapak Marsigit ubah di dunia ini?”
Bapak Marsigit menjawab: Saya tidak mempunyai kapasitas untuk mengubah dunia. Visi dan Misi saya adalah supaya dunia mampu berfikir bahwa masing-masing hidup dan mati sesuai dengan dunianya. Bapak Marsigit mencontohkan suatu mesin. Mesin ketika tidak mengeluarkan asap dan tidak mengeluarkan bunyi, maka mesin itu dikatakan mati. Dalam berfilsafat, ketika sesorang tidak berfikir maka matilah dia. Bapak Marsigit memberikan contoh orang-orang yang tidak berfikir yaitu mereka yang tawuran, mudah emosi, atau sering melakukan peperangan antar warga. Maka seorang Filsuf yang memandang kejadian tersebut akan mengatakan bahwa “aku sebenar-benarnya sedang menyaksikan mayat-mayat yang sedang berjalan”. Jika kondisi itu dipandang dalam dimensi yang lebih tinggi yaitu dimensi spiritualitas, sebenar-benar mereka (orang yang tawuran) adalah dalam keadaan tidak berdoa.
 Jadi sejatinya engkau berkuliah filsafat itu adalah engkau sedang dihidupkan supaya engkau berfikir. Dapat disimpulkan bahwa sebenar-benarnya hidup menurut filsafat adalah berfikir dan sebenar-benarnya hidup menurut spiritualitas adalah beribadah.

3. Pertanyaan dari Saudari Andy Gus Maulia: “Bagaimana Cara Mengatasi Keraguan?”
Bapak Marsigit menganalogikan dengan sebuah batu yang ragu-ragu. Batu tersebut ragu-ragu antara jatuh dan tidak jatuh. Analogi yang lain yaitu sebuah lokasi atau alamat rumah, apakah masuk wilayah DIY atau Jawa Tengah. Mungkin ketika bayar pajak masuk dalam wilayah DIY, tetapi ketika ada pembagian jatah sembako ikut wilayah Jateng. Pak Marsigit berpesan bahwa ragu-ragulah anda pada segala hal, tetapi jangan sekali-kali engkau ragu-ragu di dalam hati. Karena keraguan hati itu tidak lain adalah godaan syetan, maka sebenar2 menghilangkan godaan adalah memohon pertolongan Allah SWT, baik dengan berdoa dan memperbanyak dzikir.

4. Pertanyaan masih dari Saudari Andy Gus Maulia:  “Bagaimana menyelaraskan antara lisan dan pikiran?”
Bapak Marsigit menjelaskan bahwa kehidupan manusia tidak hanya berkutat pada sumbu X dan sumbu Y pada koordinat, melainkan ada ribuan kali ribuan sumbu bahkan 1 miliar dikali 1 miliar sumbu. Sumbu-sumbu itu seperti sumbu mendengar, sumbu ekonomi, sumbu perasaan, sumbu merasa, sumbu pikiran, dan seterusnya tidak ada selesainya (infinity regress). Untuk menyelaraskan sumbu-sumbu tersebut digunakan hermeneutika yang mengalir sesuai ruang dan waktu sesuai pola tiga dimensi spiral maju berkelanjutan linear dan siklik. Linear artinya (jam ini, detik ini, tanggal ini) tidak bisa berulang kembali, sementara siklik harapannya minggu depan masih berulang kembali hari yang sama, jam yang sama, detik yang sama. Linier dan siklik bergabung menjadi spiral maju berkelanjutan yang mana itulah sebenar-benarnya lintasan bumi mengelilingi matahari.

5. Pertanyaan dari Saudari Luthfi: “Kenapa kita hidup?”
Pak Marsigit menjawab kita hidup karena berfikir. Dalam dimensi spiritualitas dapat dinyatakan bahwa hidup adalah beribadah. “Barang siapa meninggalkan ibadah maka terancam kematian” Begitulah pandangan dari dimensi spiritualitas.

6. Pertanyaan dari Saudara Angga: "Apa perbedaan antara metafisika dan noumena?"
Yang bisa kita pahami dengan panca indera adalah fenomena. Memahami dengan panca indera dalam fenomena terbatas yang tergantung pada ilmunya adalah metafisik. Noumena adalah yang tidak dapat dipahami dengan panca indera. Contoh noumena adalah arwah.



Irham Baskoro
17709251004
Pend. Matematika A, PPs UNY 2017

Tidak ada komentar: