Minggu, 31 Desember 2017

Refleksi Pertemuan ke-5 (tanggal 17 oktober 2017) “Ikhlas Hati dan Ikhlas Pikir”

Ikhlas Hati dan ikhlas Pikir
Irham Baskoro
17709251004
Pendidikan Matematika A, 2017

            Pada tulisan saya kali ini akan membahas mengenai perkuliahan filsafat pada pertemuan ke-5 tanggal 17 Oktober 2017 Pendidikan Matematika kelas A. Seperti biasa di awal perkulaiahan Prof menyelenggarakan tes ujian singkat mengenai filsafat. Alhamdulillah saya mendapat skor 12 (Benar 3 soal). Setelah itu Prof melanjutkan menerangkan substansi filsafat pada mahasiswa. Di awal perkuliahan beliau juga memberi pesan pada mahasiswa agar selalu ikhlas baik ikhlas dalam hati dan ikhlas dalam pikir saat perkuliahan. Seperti saat mengerjakan tugas filsafat berupa comment blog atau refleksi mingguan, hendaknya terhindar dari budaya copy-paste atau menjiplak. Saya sangat setuju dengan hal ini. Kalau saat mahasiswa saja sudah banyak melakukan kecurangan seperti copy-paste atau menyadur karya orang lain tanpa ijin, bagaimana kalau sudah menjadi guru atau dosen kelak? Budaya yang kurang baik itu harus dieliminasi sedini mungkin. Dalam filsafat itu ada elemen aksiologi yang terkait dengan etik dan estetika. Mahasiswa harus bisa memahami etik dan estetika sebagai mahasiswa. Kalau mahasiswa hanya sering menjiplak atau menyadur saat mengerjakan tugas-tugas, maka hal itu sama saja kosong tidak berarti (nihil). Hal ini juga terkait dengan filsafat spiritualism. Spiritual berguna untuk mencegah jangan sampai melakukan perbuatan yang tidak terpuji.

         Prof juga menambahkan kalau kecantikan seseorang itu tidak penting, namun yang paling penting adalah apa disebaliknya (metafisik). Yang terpenting adalah bukan tampilan luarnya, namun disebaliknya. Kalau orang awam mengatakannya sebagai “inner beauty”. Di sisi lain Prof menjelaskan bahwa kalau pamer (yang baik) itu biasa. Jangan sampai orang yang “pamer” itu dinilai sombong. Namun sebagai guru, dosen, pengajar, atau peneliti, melakukan “pamer” tidak lain yaitu sebagai akuntabilitas dan sustainability mereka dalam pendidikan. Tidak mungkin peneliti menyembunyikan hasil penelitiannya dan tidak mempublikasikan atau “memamerkannya” untuk kepentingan orang banyak. Begitu juga kita belajar filsafat ini dapat ditujukan kepada orang tua, sebagai wujud bertanggung jawab kepada orang tua yang telah membiayai dalam berkuliah.

       Selanjutnya Prof menjelaskan filsafat tentang berbohong. Pada dasarnya manusia pernah berbohong. Prof kemudian memvalidasi pernyataannya dengan menanyakan pada mahasiswa. Apakah diantara anda ada yg belum pernah bohong? Semua mahasiswa terdiam. Artinya semua mahasiswa pernah berbohong, entah bohongnya ditujukan pada siapa. Kemudian Prof melanjutkan pemaparannya bahwa manusia tidak akan bisa hidup kalau tidak pakai topeng. Semua anda pernah berbohong. Filsafat mengakui apa adanya. Kemudian Prof menyatakan kalau tidak pernah bohong barang kali aneh juga. Semakin tinggi kekuasaan semakin sering kebohongan dilakukan. Semua manusia memakai topengnya masing-masing. Kemudian Prof bergurau dengan menyatakan engkau kalau cari pasangan jangan cari yang terlalu perfeks. :) 


Tidak ada komentar: