Wayang,
Punokawan, dan Keteladanan
Refleksi
Tugas Perkuliahan Filsafat
Dosen:
Prof.Marsigit
Oleh:
Irham
Baskoro (17709251004)
⟹PPs
Pendidikan Matematika UNY 2017 ⟸
Hari Jumat, tanggal 24 November 2017 malam, saya dan
teman-teman Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana (A) menonton pagelaran
wayang kulit di Kompleks Museum Sonobudoyo, Yogyakarta. Pagelaran wayang
dimulai pukul 20.00 dengan biaya tiket Rp20.000,00. Cerita pewayangan pada
malam itu adalah tentang kematian Rahwana. Meski memiliki kekuatan besar,
Rahwana tidak bisa mengalahkan Rama. Malah sebaliknya Rahwana dibunuh oleh
Rama, dengan senjata mematikannya yang bernama Gwawijaya. Dan akhirnya cerita
ini ditutup dengan kematian Rahwana. Dengan kematian Rahwana, maka dunia
dibebaskan dari kekuatan jahat.
Cerita Ramayana yang menceritakan kisah Rama-Shinta
dimana Shinta diculik oleh Rahwana memang sudah sering kita dengar. Oleh karena
itu dalam refleksi kali ini saya akan lebih menyoroti tentang hal yang lain
yaitu karakter dibalik tokoh-tokoh Punokawan dalam pewayangan. Dalam cerita pewayangan,
seringkali muncul para tokoh punokawan di tengah atau di akhir cerita.
Punokawan ini terdiri dari Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Banyak karakter
positif atau nilai keteladanan yang dapat kita pelajari dari keempat tokoh
punokawan ini. Berikut penjelasannya.
Karakter Punokawan
Semar
memiliki karakter sebagai pelayan masyarakat. Ia laksanakan tugas itu sebagai
bagian dari ibadah sesuai perintah Illahi. Ketika berjalan, Semar menghadap ke
atas yang maknanya bahwa ia memberi contoh agar selalu memandang Yang
Maha Kuasa, selalu ingat pada Tuhan.
Gareng berkaki pincang yang maknanya sebagai sosok kawula atau umat. Ia memiliki cacat fisik yang lain yaitu tangan yang ciker atau patah yang maknanya tidak suka mencuri. Cacat yang lain yaitu matanya juling artinya ia tidak mau melihat hal-hal yang tidak baik dan mengundang kejahatan.
Berikutnya
adalah tokoh petruk yang berhidung panjang. Berbeda dengan pinokio yang
hidungnya panjang karena berbohong, tetapi hidung petruk panjang sampai
mulutnya tertutup oleh hidungnya. Maknanya ia tidak banyak bicara tetapi banyak
kerja. Makna hidung panjang yaitu ia dapat mencium dan merasakan keadaan di sekitarnya.
Ia tanggap akan kehidupan masyarakat di sekelilingnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar