Minggu, 31 Desember 2017

Refleksi Pertemuan ke-7 dan 8(tanggal 7 dan 14 November 2017)

                                        Tanya Jawab Filsafat: Intuisi dan Kebetulan
                                                           Irham Baskoro
                                                            17709251004
                                             Pendidikan Matematika A, 2017


           Hari Selasa sore tanggal 7 November 2017, perkuliahan filsafat diawali dengan tes isian singkat. Kali ini tes isian singkat memang sedikit berbeda dengan tes-tes isian singkat sebelumnya. Topiknya yaitu tes seputar tokoh-tokoh dalam filsafat atau filsuf. Misalnya tokoh formal yaitu Hibelrt, tokohnya fokus yaitu Husserl, tokohnya sayang yaitu Freud, tokohnya cinta yaitu Freud, tokohnya politik adalah Machavelli, tokoh pertanyaan adalah Socrates, tokohnya salah adalah Lakatos, tokohnya bentuk dan isi adalah Plato, dan sederet tokoh-tokoh lainnya. Alhamdulillah bisa mendapat skor 20 (5 soal benar) dari tes tersebut. Selanjutnya hari Selasa tanggal 14 November sore, kami kembali mengikuti perkuliahan filsafat bersama Prof.Marsigit. Seperti biasa, perkuliahan diawali dengan tes isian singkat. Tes kali ini saya mendapatkan 0 (tidak ada jawaban yang benar). Hal tersebut memacu saya untuk lebih banyak lagi belajar tentang filsafat.
          Selanjutnya perkuliahan diisi dengan sesi tanya jawab. Berikut ini delapan pertanyaan yang muncul dalam sesi tanya jawab pada pertemuan ke-7 dan ke-8, berikut pembahasannya dari Prof.Marsigit.

Pertanyaan 1: Apakah peran intuisi dalam kehidupan sehari-hari?

Jika Istri tidak mempunyai intuisi bisa saja ia kehilangan suami atau sebaliknya. Terkadang dalam kehidupan sering kita dengar atau ucap: “Aku punya feeling gak enak” atau “Aku punya perasaan gak enak.” Hal itu merupakan intuisi dalam bahasa sehari-hari. Misal seseorang naik mobil dari Yogya ke Jakarta. Di perjalanan sampai Cirebon, ia lupa kalau kompor belum dimatikan. Maka ia segera menghubungi tetangga atau kembali lagi ke rumah. Ciri dari intuisi yaitu tidak ada awalannya, ia mengerti namun tidak tahu kapan dan dari mana asalnya. Intuisi bukan berasal dari definisi namun suatu definisi membutuhkan intuisi. Sampai akan matipun, seseorang masih memiliki intuisi. Intuisi bukan hanya dominasi anak kecil, namun intuisi juga milik orang dewasa. Intuisi muncul dari pergaulan yang ruang lingkupnya meliputi yang ada dan yang mungkin ada.

Pertanyaan 2: Menghilangkan persepsi matematik itu sulit?

Dengan bergurau Prof menjawab: tinggal tidur saja. Untuk menghilangkan persepsi bahwa matematika sulit yaitu dengan hermenitika yaitu “pikirkan apa yg kau kerjakan dan kerjakan yg kau pikirkan” Hermenitika (menterjemahkan) itu berjenjang, bertingkat, dan berdimensi mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar. Persepsi matematika sulit dapat dihilangkan dengan memperbaiki hubungan antara guru dan siswa dalam kaitannya saling menterjemahkan dan diterjemahkan (hermenitika).

Pertanyaan 3 : Bagaiman filsafat memandang Kebetulan?

Kebetulan terjadi karena manusia itu terbatas, baik terbatas dari aspek penglihatan, pengetahuan, perasaan, dan seterusnya. Bagi Allah SWT, tidak ada suatu kebetulan dan semua sudah ada skenarionya. Bagi manusia, kebetulan itu karena suatu keterbatasa, Misal seseorang yang ditutup matanya, namun bisa menemukan jalan keluar dikarenakan suatu kebetulan.

Pertanyaan 4: Bagaimana filsafat memandang trial and error dlm mtk?

Salah satu jenis matematika yaitu matematika model dari filsafat yaitu matematika formal (mengandalkan logika). Matematika logika tanpa melihat kenyataan. Prof menyatakan bahwa beliau bisa saja membuat buku alien, yang isinya meliputi definisi alien, sifat-sifat alien, dan sterusnya, lalu dibuatlah teorema, aksioma. Bisa saja kita membuat sesuatu yang analitik yang penting logis, konsisten, dan tidak kontradiktif. Selanjutnya Prof menyatakan bahwa ternyata untuk membuat teorema itu dengan trial and error atau coba-coba. Tidak ada manusia yg absolut, semua relatif digambarkan dengan kegiatan mencoba, baik mencoba menulis, mencoba membuktikan, dan mencoba-coba yang lainnya. Mencoba itu berstruktur dari mencobanya batu sampai ke arah spiritual.

Pertanyaan 5: Bagaiman Politik dalam filsafat itu?

Politik dalam filsafat diawali sejak terbitnya buku demokrasi / republic oleh Plato di zaman Yunani dulu. Politik Machiavelli pada zaman Yunani menyatakan bahwa “raihlah kekuasaan dengan cara apapun”. Inilah yang sesungguhnya politik yang menjadi masalah. Tidak disadari banyak orang merasa sangat enjoy saat keadaan berkuasa, namun ketika tidak berkuasa merasa hidup tidak berguna dan tidak karuan. Hal ini juga perlu dihindari.

Pertanyaan 6: Seberapa besar pengaruh budaya dalam filsafat?

Prof menjawab bahwa besar sekali pengaruh budaya dalam filsafat. Budaya itu buminya, sedangkan filsafat itu langitnya. Ibaratnya kalau pikiran itu langitnya, sedangkan tindakan itu buminya. Contoh lainnya yaitu resep makanan itu langitnya, sedangkan buminya adalah nasi goreng. Di satu sisi bumi bisa menjadi langit dan langit bisa menjadi bumi.

Pertanyaan 7: Dalam berfilsafat apa yg harus jadi podasi?

Filsafat adalah pola pikir. Wujud pola pikir adalah bertanya, bertanya, bertanya. Apakah setiap pertanyaan ada jawaban? Ya, semua pertanyaan ada jawabannya. Karena tidak menjawab itupun sebenarnya merupakan jawaban. Namun apakah semua hal bisa ditanyakan? Jawabannya adalah tidak. Misal kita tidak bisa menanyakan semua hal terkait urusan orang tua. Hal itu bisa tergolong tidak sopan, tidak sesuai etik dan estetika. Tdk semua hal bisa ditanyakan. Supaya ngerti mana yg bisa ditanyakan atau tdk berbasis pada tuntunan agama, moral, budaya masyarakat.

Pertanyaan 8: Apa perbedaan Fenomena dan Noumena

Fenomena adalah kenyataan yang bisa dipikirkan dan diindera. Sebaliknya Noumena itu tidak bisa dipikirkan dan tidak bias diinedera. Contoh dari noumena adalah arwah.


Tidak ada komentar: